Selasa, 28 Oktober 2014

BURUH TANI, MAHASISWA MARI BANGKIT

Momentum Hari sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober merupakan catatan sejarah yang menggambarkan semangat persatuan pemuda dalam membebaskan rakyat Indonesia dari Penindasan dan penghisapan kolonial belanda dan feudal. Tepat pada 28 oktober 1928, diselenggarakannya kongres II Pemuda Indonesia di Jakarta yang kemudian menyepakati sebuah Sumpah Pemuda yang berisikan “ Tanah Air satu, Berbangsa satu, Berbahasa satu”
Sumpah pemuda yang digagas ini bertujuan untuk mengobarkan semangat persatuan baik di tubuh pemuda serta rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari cengkraman Kolonial Belanda dan feudal.

Akan tetapi, tepat pada peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-86 ini, kondisi rakyat Indonesia masih saja belum mampu menikmati kemerdekaan untuk berdaulat dan mandiri menentukan nasibnya sendiri. Kemerdekaan yang menjadi jembatan emas menuju kesejahteraan rakyat Indonesia hingga saat ini masih belum juga tercapai. Bahkan Indonesia yang baru melantik Presiden Jokowi sebagai Presiden ke-7, belum menunjukkan visi misi dan program aksi yang memberikan sebuah harapan yang banyak untuk dapat mewujudkan kesejahteraan Indonesia.

Sebab, system pemerintahan Jokowi-JK masih saja sama dengan 10 Tahun SBY yang berada di bawah cengkraman kekuatan Imperialisme AS dan Feodalisme yang menindas rakyat Indonesia. Karena bagi kami, imperialisme AS dan Feodalisme menjadi akar persoalan yang merampas tanah rakyat, menerapkan politik murah, tidak memberikan lapangan kerja, membuat pendidikan dan kesehatan mahal serta menjadikan sebagaian masyarakat Indonesia harus dieksport menjadi tenaga kerja di luar negeri.

Artinya jika Jokowi tidak mampu melepaskan cengkraman asing khususnya imperialisme AS dan feodalisme (tuan tanah) yang menguasai sector ekonomi dan social budaya di Indonesia, Maka tak ubahnya kekuasaan Jokowi-JK hanya akan menjadi kaki tangan bagi asing dan tuan tanah. Beberapa hari Jokowi-JK dilantik dirinya disibukan dengan mengurusi polemik menetapkan menteri-menterinya.

Akan tetapi, secara bersamaan pula terjadi persoalan-persoalan rakyat yang terabaikan. Seperti; penembakan terhadap 1 orang masyarakat adat di Kalsel yang mempertahankan tanahnya oleh aparat (21/10/2014). Demikian pula, kasus pendudukan lahan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap lahan petani di takalar Makasar yang mempertahankan tanah 3000 Ha yang bersengketa dengan PTPN XIV, berujung kekerasan terhadap petani (27/10/2014). Aparat keamanan mengkeroyok 2 orang petani dan menangkap 1 orang. Sedangkan kasus kriminalisasi terjadinya juga pada Yunny Calon Buruh Migran di Semarang yang dituduh menipu PTKIS gagal berangkat dan tidak mampu membayar uang ganti rugi sebesar Rp. 19.25 juta. Atas tuduhan tersebut, Polisi setempat malah menangkap dan memenjarakan Yunny sejak 8 Juni 2014.

Seharusnya perkaa Yunny menjadi pekara perdata, namun Yuni malah dikriminalisasi. Terlihat sekali bahwa aparat dan pengadilan membela kepentingan PJTKI/swasta. Ini kasus pertama di Indonesia, Yunny dijadikan kelinci percobaan untuk menggertak semua calon BMI agar tunduk pada peraturan PJTKI/swasta. Sudah menjadi korban kemiskinan terpaksa keluar negeri karena tidak mampunya Negara menciptakan lapangan kerja,kini harus mendekam di penjara. Ironinya lagi, Pemerintahan Jokowi-JK yang baru seumur jagung dilantik akan mengambil sikap pencabutan subsidi BBM dengan berencana menaikkan harga BBM di awal November. Dan sesungguhnya kenaikan Harga BBM ini telah diwacanakan pasca dirinya terpilih. Menurut FPR, bahwa alasan mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM oleh Jokowi-JK tidak berbeda dengan alasan sewaktu SBY dalam hal menaikkan Harga BBM. Padahal kita ketahui bersama, PDI P sebagai pengusung Jokowi-JK saat ini, merupakan paling konsisten menolak kenaikan harga BBM semasa SBY.

Alasan mencabut subsidi dan menaikkan BBM bukan semata-mata karena defisit anggaran, pengalihan subsidi dan harga minyak dunia. Namun persoalannya adalah karena Indonesia tidak berdaulat dan mandiri dalam mengelola ladang-ladang minyak di Indonesia. Terbukti bahwa Perusahaan minyak asing terutama milik imperialisme AS menguasai hampir 90% ladang minyak Indonesia dan hasil produksinya bukan untuk memenuhi kebutuhan minyak domestic Indonesia. Namun, hasil-hasil minyak Indonesia diangkut oleh asing untuk dijual ke pasar Internasional demi meraup keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, kami Aliansi FRONT PERJUANGAN RAKYAT (FPR) dalam momentum Hari Sumpah pemuda Menolak Kenaikan Harga BBM dan menyampai tuntutan lain;
1. Hentikan kriminalisasi terhadap petani takalar Makassar dan Tarik mundur pasukan Brimob Makassar dari lahan Petani. Negara harus melindungi Petani dan memberikan hak Petani Takalar atas pengelolahan lahan 3000 Ha yang ingin dirampas PTPN XIV.

2. Bebaskan Yuni Calon Buruh Migran Indonesia asal Semarang yang ditahan oleh kepolisian setempat.

3. Pemerintahan Jokowi-JK harus memberikan Hak Pemuda atas pendidikan dan lapangan kerja.

4. Batalkan kenaikan BBM, Nasionalisasi asset Negara untuk kesejahtetaan rakyat. Demikian pernyataan sikap FPR dalam aksi damai Sumpah pemuda pada 28 oktober 2014. Kiranya aspirasi dan tuntutan ini dapat direalisasikan. Terima kasih. 28 Oktober 2014

Hormat kami,

FRONT PERJUANGAN RAKYAT Roedi HB Daman

Kordinator FRONT PERJUANGAN RAKYAT (Gabungan Serikat Buruh Independen, Aliansi Gerakan Reforma Agraria, Asosiasi Buruh Migran Indonesia, Liga Pemuda Bekasi, Front Mahasiswa Nasional)

Minggu, 26 Oktober 2014

Oi MENGAJAK BMI UNTUK BERDONOR

Oi MERAH PUTIH MENGAJAK BMI BERDONOR

Minggu 26 Oktober 2014 Oi Merah Putih Hong Kong mengadakan donor darah. Ini merupakan salah satu program kegiatan rutin yang dilakukan setiap empat bulan sekali. Tidak seperti biasanya acara donor kali ini diikuti oleh beberapa buruh migran yang bukan anggota, karena memang sebelumnya melalui media sosial facebook kita mengajak para buruh migran untuk bergabung dalam bakti sosial donor darah.

Kegiatan donor darah yang mengambil tempat di Hong Kong Red Cross Blood Transfusion Servis CousWay Bay dimulai pukul 14.00 waktu setempat. Sebelum donor dilakukan, diadakan cek kesehatan terlebih dahulu dan hanya bagi mereka yang memenuhi sarat saja yang bisa berdonor.
Diantaranya tekanan darah normal, tidak sedang mengkonsumsi obat, tidak mengindap suatu penyakit, dan sarat lain yang berhubungan dengan kesehatan.

Bagi sebagian orang, donor darah adalah suatu hal yang menakutkan. Namun taukah anda, bahwa donor darah sangat besar manfaatnya. Satu tetes darah adalah kehidupan bagi yang membutuhkan.

Disamping menolong mereka, sipendonor juga mendapatkan banyak manfaat antara lain: Dapat memeriksakan kesehatan secara teratur, akan tumbuh darah baru setelah kita berdonor, bisa menurunkan resiko terkena penyakit jantung, kadar zat besi dalam tubuh tetap setabil, menurunkan berat badan sekitar 7 persen.
Membantu mendeteksi masalah kesehatan, mengontrol tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan produksi sel darah merah.
Donor darah juga bisa meningkatkan fungsi paru-paru dan ginjal.

Mari berbagi setetes darah adalah kehidupan bagi mereka yang membutuhkan (*) Yani Serdadu

Sabtu, 23 Agustus 2014

NIAGA BPP

NIAGA PADAT KARYA BPP

Badan Pengurus Pusat (BPP) Ormas Oi dalam, mewujudkan pilarnya dibidang Niaga telah membuat terobosa-terobosan baru, diantaranya niaga online.

Dengan membenahi sistem niaga diharapkan bisa lebih membantu anggota yang tersebar diseluruh pelosok Nusantara dan Luar Negri. Niaga BPP Oi yang juga bertujuan untuk membantu para anggota membuka outlet marchandise Oi dengan product original kwalitas BPP.

Seperti dijelaskan oleh Sekejen BPP, Bapak Ainu Rofik, 30/6/2014, melalui pesan. "Niaga BPP Oi tujuanya untuk membantu temen-teman, membuka outlet merchandise Oi dengan product original kwalitas BPP, dengan cara reseller diskon 25% dari harga jual dengan pembelian minimum 3 pcs." katanya.

Selain niaga BPP Online, BPP juga membuat program "NIAGA PADAT KARYA"

"Niaga padat karya adalah, kegiatan niaga yang dapat menampung karyawan dari anggota Oi sebanyak mungkin, hal ini sesuai dengan tujuan didirikanya Oi yg salah satunya adalah, sebagai fungsi pembinaan dan perberdayaan anggota."

Masih menurut Pak Ainu Rofik. Tujuan diadakanya niaga padat adalah agar seluruh anggota Oi dengan mudah dapat mendirikan.usaha-usaha, dengan modal kecil, yang difasilitasi oleh BPP sehingga tercipta pemerataan dalam pemberdayaan anggota.
"Selain itu tujuan didirikan niaga Oi padat karya adalah, agar seluruh anggota Oi dengan mudah dapat mendirikan usaha-usaha niaga dengan modal yang kecil yang di fasilitasi oleh BPP. Sehingga tercipta pemerataan dalam pemberdayaan anggota dan Insyaallah nanti kita akan canangkan gerakan 1000 gerobak niaga Oi di seluruh Indonesia." pungkasnya.(*) Yani Serdadu

Kamis, 14 Agustus 2014

HONG KONG PEMILU KACAU

PEMILU HONG KONG KACAU Pemilu di Hong Kong yang diadakan pada hari Minggu 6/7/2014, berakhir dengan kericuhan.

Berawal ketika waktu menunjukan pukul 17.00 dan masih banyak yang belum mencoblos. Pesta demokrasi digelar di Victoria Park- CousWay Bay dengan waktu pemungutan suara mulai pukul 09.00-17.00 dinilai kurang maksimal. Pada pukul 17.00 masih banyak massa yang belum menggunakan hak pilihnya, akan tetapi TPS sudah mau ditutup, TPS ditutup pukul 17.00 massa yang mengantri berjam-jam merasa kecewa ahirnya berteriak dan menuntut agar TPS dibuka kembali.

Disamping itu massa yang sudah memilihpun ikut mendukung tuntutan mereka dengan berteriak " buka, buka." massa semakin tak terkendali dan merobohkan pagar pembatas. Theris BMI asal NTT, mengaku melihat kecurangan, "Saya melihat ada kecurangan, ada yang mengacungkan jari dengan kode nomer urut salah satu capres kok dibuka. Ini bocor kalau begitu tidak adil, saya tidak terima." katanya dengan nada tinggi.

Sementara wati BMI asal Purwokerto menyayangkan minimnya ijin waktu yang diajukan KJRI ke pihak pengelola Victoria Park. "Kita memilih lima tahun sekali, saya sudah ngantri berjam-jam tapi ketika tiba waktunya, hak pilih saya hilang begitu saja, curang ini, curang. Petugas KPU, KJRI kan mereka dapat gaji, kenapa tidak mau meminta ijin sampai jam tujuh ? sedangkan untuk acara lain (acara organisasi-red) saja bisa sampai jam tujuh malam." paparnya penuh emosi.

Negosiasi, Konsulat Jendral Rebuplik Indonesia (KJRI) dan KPU yang berjalan ngaret, membuat massa semakin tidak sabar dan mendesak , panitia KPU untuk melanjutkan pemilihan di KJRI. Ketika dikonfirmasi mengenai kecurangan yang disebut-sebut, Sigit Pamungkas salah seorang komisioner KPU menjelaskan dari lokasi, "Silahkan catat saja namanya siapa yang berbuat curang, ini waktunya sudah habis kita sedang berunding, kalau ijin sampai jam lima, ya kita tidak bisa berbuat apa-apa, sementara di KJRI tidak bisa, pak Kojen sudah bilang, tempatnya tidak memungkinkan." jelasnya.

Ahirnya dengan penuh kekecewaan massa membuat data BMI yang belum mencoblos dengan menuliskan no Hong Kong Id card. Menurut sebuah sumber yang tidak mau disebutkan namanya, mereka sudah mencatat nama-nama yang melakukan kecurangan, dalam pemilu lengkap dengan saksinya. Menanggapi hal ini Panitia Pengawas Pemilu Luar Negri (Panwaslu) membuka pelaporan dan pengaduan, dugaan pelanggaran pada pelaksanaan pemilu. Bertempat di sekertariat Panwaslu Hong Kong, ruang IPC ( Art Galery) KJRI, 127-129 Leighton road-CousWay Bay. dengan kontak telphone Ahmad Galih 6659) 0871 Abdul Razak 51602578 Benu Hidayat 9142 5539. Pengaduan harus disertai dengan bukti-bukti, dan paling lambat 3 hari setelah kejadian. TPS pertama di Luar Negri adalah di Hong Kong. Panitia Pemilihan Umum menyediakan 13 Tempat Pemungutan Suara (TPS) masing-masing TPS memiliki 6 bilik, dengan lokasi dipusatkan di CousWay Bay, untuk melayani BMI yang tersebar diseluruh Hong Kong. Pada awalnya, massa antri mengular dengan tertib, untuk menggunakan hak pilihnya dalam tekanan musim panas keadaan puasa membuat beberapa BMI pingsan.

Suasana ini berbeda ketika pemilihan Legislatif April lalu, angka kenaikan yang drastis pada pemilihan legislatif hanya tercatat 6000 pemilih, dari 150 ribu lebih BMI yang ada di Hong Kong. Ini menunjukan ketidak percayannya masyarakat terhadap pemerintah. Namun pada pemilihan presiden Capres Prabowo dan Capres Jokowi seolah membawa semangat baru ini, bisa dilihat dari kenaikan jumlah pemilih yang sangat drastis, menjadi 23.569. Dari pengalaman pemilihan legislatif yang boleh dikatakan keteteran, seharusnya KJRI tanggap, minimal dengan menambah TPS atau membagi daerah pemilihan menjadi dua tempat, yang bertujuan untuk menghindari tumpleknya massa pada satu titik.

Ijin waktu seharusnya bisa lebih dari jam lima, karena penggunaan lapangan Victoria Park bisa sampai jam tujuh malam. Ratusan Warga Negara Indonesia yang menjadi buruh migran di Hong Kong merasa dirampas haknya untuk bersuara, mereka berharap ada pemilihan ulang bagi yang belum mencoblos. Stop diskriminasi terhadap buruh yang ingin menggunakan haknya dan tindakan tegas bagi oknum yang melakukan pelanggaran tanpa pandang siapa dia. (*)

Selasa, 17 Juni 2014

TANTANGAN TRISAKTI BAGI JOKOWI

TANTANGAN TRISAKTI BAGI

JOKOWI
Sejak Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berhasil memenangkan Pemilihan Kepala Daerah DKI-Jakarta, banyak di antara penduduk yang menjadi gandrung kepada pasangan itu. Kejujuran, keseriusan dan gaya memimpin dengan “blusukan” ke segala pelosok ibukota, kunjungan mendadak ke kantor-kantor bupati atau lurah dan kegiatan “merakyat” lainnya yang tak pernah dilakukan oleh pejabat-pejabat yang mendahuluinya telah menambah kepopuleran Jokowi.


Bukan hanya di Indonesia kita temukan gejala munculnya seorang tokoh populis. Di Amerika Latin, gejala ini disebut “el Caudillismo” (caudillo berarti pemimpin). Gejala sosial yang disebut “Caudillismo” ini muncul pada abad XIX yang berarti munculnya seorang pemimpin dengan kwalitas dan kepribadian atau karisma yang besar. El “Caudillo” ini mencapai kekuasaan berkat terciptanya pemujaan terhadap dirinya di berbagai sektor penduduk yang mengharapkan terselesaikannya masalah-masalah besar yang dihadapinya. Ditengah-tengah kebobrokan dan kebusukan Pemerintahan dengan para pejabat dan elit politiknya yang tak pernah “turun kebawah”, yang tanpa malu-malu menghamburkan dan merampok uang Rakyat untuk foya-foya dan memenuhi pundi-pundinya sendiri, sangat dimengerti kalau orang menjadi terpikat atau bahkan menjadi pemuja dan pendukung fanatik Jokowi. Saya alami sendiri ejekan dan cemooh dari orang-orang yang bersikap membuta yang menjadi agresif terhadap orang lain yang mengemukakan pandangan yang kritis.


Tidak adanya sebuah partai politik yang sungguh-sungguh mewakili aspirasi Rakyat juga telah mendorong orang beralih untuk menaruh harapannya kepada seorang “juru selamat” , seorang tokoh yang jujur, bersih, dan lain dari pada tokoh-tokoh yang sudah sejak lama membuat Rakyat muak. PDI-P pun tidak dianggap Rakyat sebagai partai politik yang mewakili kepentingannya. Ini jelas terlihat pada hasil pemilu legislatif setelah tahun 1999, yang menunjukkan kedudukan PDI-P di mata Rakyat terus merosot. Diajukannya Jokowi sebagai capres oleh Megawati adalah karena ia sendiri sudah dapat dipastikan tidak akan bisa memenangkan pemilihan presiden. Rakyat sudah dibikin kecewa ketika ia memangku jabatan Presiden tahun 2002-2004. Kasarnya majunya Jokowi diharapkan dapat meningkatkan suara bagi PDI-P. Namun harapan inipun gagal!

Megawati memberi mandat kepada Jokowi untuk melaksanakan Trisakti Sukarno (14 Mei 2014, Jakarta, Kompas.com “Keseleo lidah,Surya Paloh bikin Megawati tertawa). Kemudian, 18 Januari 2014, saya baca di internet berita “Hanura berharap, bersama PDI-P, bisa melaksanakan Trisakti Sukarno di Indonesia”. Rupanya kalangan elit politik menjelang pemilu 2014 terjangkit demam “Trisakti Konsep Trisakti Bung Karno adalah: “Berdaulat dalam politik”, “Berdikari dalam ekonomi” dan “Berkepribadian dalam kebudayaan”. “Berdaulat dalam politik” tidak bisa dipisahkan dari ”Berdikari dalam ekonomi”. Dimilikinya sebuah ekonomi yang mandiri, tidak tergantung kepada modal asing yang diselubungi dengan kata “bantuan” adalah syarat yang harus dipenuhi untuk dapat berdaulat dalam politik.

Konsep Trisakti tidak dapat dipisahkan dari penolakan Bung Karno kepada Exploitation de l’homme par l’homme (Penghisapan manusia atas manusia). Masalahnya sekarang adalah apakah para tokoh-tokoh elit politik yang sedang kena demam “Trisakti” itu mengerti betul apa arti dan hakekat dari konsep Sukarno itu? Apakah mereka sadar akan musuh-musuh yang harus mereka hadapi seandainya mereka sungguh-sungguh ingin dengan konsekwen menerapkan Trisakti? Saya agak meragukan Jokowi memahami hakekat atau inti sari dari konsep Trisakti. Jokowi tidak mampu atau tidak mau melihat perbedaan pokok antara Megawati dan Sukarno. Ia mengaku Sukarno sebagai mentornya, dan Megawati juga diakui sebagai mentornya. Padahal kedua orang itu, walaupun ada hubungan darah bapak dan anak, namun ide yang ada dikepala masing-masing sangat bertentangan. Pemerintahan Sukarno adalah sebuah pemerintahan nasionalis anti-nekolim (neo-kolonialisme dan imperialisme) dengan salah satu manifestasi terbesarnya adalah Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Ganefo (Games of New Emerging forces).


UU Pokok Agraria dan UU Bagi Hasil yang menguntungkan kaum tani juga dikeluarkan pada Jaman Sukarno. Justru karena sifat-sifat positif inlah pemerintahan Sukarno ditumbangkan oleh Imperialisme AS melalui tangan berdarah anteknya, jaitu Jenderal Suharto. Sudah tentu, tegaknya sebuah pemerintahan nasionalis anti-nekolim dan dalam batas-batas tertentu pro kaum tani yang dipimpin Sukarno, sama sekali tidak dapat dilepaskan dari kenyataan adanya sebuah gerakan massa buruh, tani, mahasiswa, pelajar, pemuda, wanita, kaum intelektual revolusioner yang terorganisasi dan partai-partai kiri pendukung Sukarno, termasuk PKI. Ketidak-mungkinannya seorang tokoh nasional, tak perduli berapa besarnya kepopulerannya di kalangan massa, untuk merubah sebuah sistim, atau dalam kasus Sukarno, mencegah terjadinya pembantaian masal terhadap manusia tak berdosa, telah dibuktikan dengan lumpuhnya Sukarno begitu kekuatan massa terorganisasi dan partai politik yang konsekwen mendukungnya dihancurkan. Sementara itu, pemerintahan Megawati tidak lebih dan tidak kurang adalah sebuah pemerintahan boneka AS yang dengan setia menjalankan politik neoliberal dan semua resep yang diajukan lembaga-lembaga keuangan imperialis seperti IMF dan Bank Dunia.


Keinginan Kwiek Gian Gie untuk melepaskan Indonesia dari jeratan hutang yang sengaja dipasang IMF pun tidak terlaksana karena tidak mendapat dukungan yang semestinya. Pernah seseorang dengan serampangan mengejek dan mencemooh saya karena dianggapnya saya melupakan Tragedi Nasional 1965, hanya karena tidak dilihatnya tulisan saya di internet ketika orang ramai menulis untuk memperingati kejadian itu. Padahal, justru karena satu haripun tidak pernah lewat tanpa pikiran dan hati saya teringat kepada jutaan korban pembunuhan, pemenjaraan, penyiksaan dan penghinaan yang dilakukan oleh algojo-algojo fasis, maka saya tidak pernah ingin melupakan pelajaran-pelajaran pokok yang telah dibayar dengan sangat mahal itu. Dan saya bersyukur ternyata tidak sendirian dalam harapan tidak tersandung dengan batu yang sama untuk kedua kalinya. Walaupun tidak sedikit juga yang melupakan sebab-sebab dan kondisi yang mengakibatkan pembantaian itu.


Jokowi adalah seorang borjuis nasional. Pengalaman sejarah menunjukkan kegagalan tokoh-tokoh nasionalis borjuis berbagai negeri, seperti Nasser, Nyrere, Nkrumah, Nehru untuk membangun negeri yang secara politik dan ekonomi bebas dari dominasi imperialis dan neo-kolonialis dan memberi kemakmuran kepada rakyatnya. Mengapa? Pertama, dalam jaman kapitalisme monopoli dunia dewasa ini, kekuasaan kapital monopoli internasional yang didukung oleh Negara-Negara imperialis serta semua lembaga dagang dan keuangannya, seperti WTO, IMF, Bank Dunia, dan lain-lainnya, sudah begitu besar dan kuatnya sehingga bornas tak mampu melawannya. Karena tidak berdaya, maka jalan yang paling sering dipilih bornas adalah menyerah dan tunduk kepada kaum monopoli asing. Kedua, kaum Imperialis tidak akan pernah mengijinkan negeri-negeri Dunia Ketiga berkembang dan menjadi saingannya. Mereka sangat berkepentingan untuk mempertahankan kondisi negeri-negeri ini hanya sebagai sumber bahan mentah, tenaga kerja murah dan pasar bagi barang-barang produksinya yang sudah kelebihan sebagai akibat dari over-production.


Oleh karena itu setiap ada tokoh bornas suatu negeri Dunia Ketiga ingin membebaskan dirinya dari cengkeraman dominasi dan membangkang, tidak menjalankan kebijakan yang didiktenya, datanglah kaum imperialis yang dikepalai AS dengan ancaman destabilisasi politik dan ekonomi dan bahkan penggulingan pemerintahannya seperti Jacobo Arbenz di Guatemala, João Goulart di Brazil, Salvador Allende di Chile dan termasuk pemerintahan Sukarno. Contoh yang lebih baru adalah perang Irak yang menggulingkan Saddam Hussein, Jenderal Khadafi di Libia dan usaha penggulingan Bashar Al-Assad di Suriah.


Berdikari dalam ekonomi supaya dapat berdaulat dalam politik berarti harus berani melawan Imperialisme yang berdiri dibelakang modal monopoli asing dan semua lembaga dagang dan keuangan internasional serta semua perjanjian dan peraturan yang menghancurkan ekonomi nasional dan lingkungan yang sudah ditandatangani oleh pemerintahan sebelumnya; berani berpihak kepada kaum tani dengan mengembalikan tanahnya yang dirampas dan menjalankan reforma agraria sejati, berani berpihak kepada kaum buruh dengan memenuhi tuntutannya, seperti penghapusan outsourcing, jaminan sosial untuk seluruh rakyat yang ditanggung sepenuhnya oleh Negara, melindungi hak-hak demokratisnya, berani melawan tuan tanah pemilik monopoli tanah, kaum kapitalis birokrat dan kapitalis komprador. Bersediakah dan mampukah Jokowi menghadapi dengan konsekwen lawan-lawan klas berat ini?

Membaca “Revolusi Mental”nya Jokowi, kita tersentuh oleh keprihatinannya atas kebobrokan dan keamburadulan dalam masyarakat yang sama sekali tak dapat diatasi oleh semua pemerintahan jaman reformasi. Adalah positif ditudingnya oleh Jokowi masalah-masalah antara lain, “prinsip-prinsip paham liberalisme”, “kebijakan ekonomi yang sekadar mengedepankan kekuatan pasar”, “menggantung kepada modal asing sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para “komprador” Indonesia-nya; “membuka kran import untuk bahan makanan dan kebutuhan lain”; “kebijakan investasi luar negeri…tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya”. Gagasan “Revolusi Mental” yang diajukan sebagai jalan keluar untuk mengatasi semua hal-hal yang ditunjukkan itu dan mencapai Trisakti Sukarno menunjukkan Jokowi sama sekali tidak tahu di mana akar atau biang keladi dari semua penyakit yang diderita masyarakat Indonesia.


Namun yang mengherankan lagi adalah orang-orang yang mengaku mengenal Marxisme kontan menganggap gagasan “revolusi mental” sebagai sesuatu yang genial! Kalau kita lihat Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer oleh Drs. Peter Salim,M.A, maka dijelaskan, antara lain, mental adalah sesuatu yang ada dalam diri manusia, ….mental berhubungan dengan sikap dan watak manusia. Orang yang mengenal Marxisme tentunya mengakui bahwa mental, sikap dan watak manusia lahir, berkembang dan dipupuk oleh keadaan materi sekitarnya. Sungguh tak bisa saya membayangkan betapa jauh dan dalamnya jurang yang memisahkan “revolusi mental” itu dengan pelaksanaan Trisakti. Pada jaman Sukarno, ide-ide progresifnya mendapat dukungan kuat massa rakyat yang terorganisasi. Tidah jauh dari kenyataan kalau kita mengatakan bahwa Sukarno ketika itu “berkoalisi” dengan Rakyat yang terorganisasi dengan tingkat kesadaran politik cukup tinggi. Tapi mengatakan bahwa sekarang Jokowi berkoalisi dengan rakyat adalah absurd! Secara sederhana dan dangkal orang menginterpretasi komunikasi Jokowi dengan sektor penduduk yang ia temukan dalam “blusukan”nya sebagai bentuk koalisinya dengan rakyat. Padahal jelas gamblang di depan mata kita, Jokowi sedang mendapat “lamaran” koalisi dari berbagai partai dan tokoh yang sudah lama kita kenal busuknya.

Semakin banyak partai dan tokoh elit politik yang ketularan demam “Trisakti”, semakin jelas bagi kita bahwa pengertian mereka akan “Trisakti” sama sekali tidak sama dengan konsep “Trisakti” yang diinginkan oleh Sukarno. Sehingga yang terjadi adalah pengebirian dan revisi terhadap konsep “Trisakti”. Karena, kalau kita mau dengan jujur mengakui, Trisakti yang sejati sebenarnya hanya bisa dilaksanakan oleh sebuah pemerintahan rakyat nasionalis yang anti imperialisme dan berani mengusir modal asing dan perusahaan multinasional serta semua politik dan peraturan yang mereka dikte. Dengan kata lain, membebaskan ekonomi dan politik Indonesia dari jajahan, dominasi dan dikte kaum imperialis. Artinya, mengambil resiko seperti yang telah dilakukan Sukarno dan juga para pemimpin bornas berbagai negeri Dunia Ketiga yang sudah ditumbangkan oleh kaum imperialis dan antek-anteknya. Inilah tantangan buat Jokowi kalau betul-betul mau dengan konsekwen menerapkan konsep Trisakti yang sejati!

Belanda 19 Mei 2014
T. Lukman

Jumat, 13 Juni 2014

PERSIDANGAN KASUS KARTIKA

SIDANG KARTIK "KORBAN PERBUDAKAN MODERN"

UPDATE SIDANG KARTIKA 13 Juni 2014

Hari ini adalah sidang lanjutan kasus Kartika. Kartika adalah satu dari ribuan korban perbudakan modern.
Anggota Justice for Erwiana and All Migrant Domestic Workers Committee menggelar aksi dukungan di depan pengadilan Labour Tribunal di sela-sela break makan siang.

Pagi ini majikan Perempuan telah selesai memberi kesaksian dan siang ini diteruskan dengan majikan laki-laki.

"Mari terus berharap dan berjuang untuk yang terbaik bagi Kartika. Selain kasus upah dan libur, Kartika masih punya hak kompensasi yang perlu dituntut. Kami berharap Kartika akan menuntut hak kompensasi nya." Tulis Eni Lestari dari justic for Erwiana and all migran domestic workers committe melalui pesan.

Buruh harus bersatu untuk selamat, karena keselamatan kita dari penindasan adalah persatuan. (*)